Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Kamis, 07 Juni 2012

Jingga Dan Senja

Tari dan Ari, dua remaja yang dipertemukan oleh takdir. Selain bernama mirip, mereka juga sama-sama lahir sewaktu matahari terbenam.
Namun, takdir mempertemukan mereka dalam suasana “perang”. Ari yang biang kerok sekolah baru kali ini bertemu cewek, adik kelas pula, yang berani melawannya. Kemarahan Ari timbul ketika tahu Tari diincar oleh Angga, pentolan SMA musuh.
Angga, musuh bebuyutan sekolah Ari sekaligus musuh pribadi Ari, langsung berusaha mendekati Tari begitu cewek itu tak sengaja terjebak dalam tawuran dan Ari berusaha keras menyelamatkannya. Demi dendam masa lalu, Angga bertekad harus bisa merebut cewek itu. Memanfaatkan peluang yang ada, Angga kemudian maju sebagai pelindung Tari.
Ari yang selama ini dikenal tidak peduli terhadap cewek tiba-tiba saja berusaha mendapatkan Tari dengan segala cara. Namun, predikat buruk Ari jelas membuat Tari tidak ingin berurusan dengan cowok itu. Semakin Ari berusaha mendekatinya, semakin mati-matian Tari menjauhkan diri....



Novel yang gue suka :)

Jumat, 23 Maret 2012

Enemies and Best Friend By : Widya Puspita

    "Nama saya Ferra Valencia, kalian bisa memanggil saya Ferra. Tanggal lahir 14 Februari 1994, hobinya foto-foto pemandangan indah,dan sebagainya. Saya akan menjadi murid baru disini, jadi mohon bantuannya ya" jelas Ferra dengan lantang, murid laki-laki bersiul riuh. Ferra hanya tersenyum maklum, seakan kebal dengan siulan nakal itu.

    "Sudah-sudah jangan berisik! Kalau begitu, kamu boleh duduk disana Ferra. Disebelah Colva Afferd" kata Bu Venny menunjuk salah satu murid yang sedang bertopang dagu seraya memejamkan mata, yaitu Colva yang duduk sendirian. Ferra mengangguk dan berjalan menuju tempat duduk barunya. Teman-teman sekelasnya berbisik, dengan teman sebangku maupun teman depannya. Ferra tidak terlalu mendengar jelas, karena suara bisikannya hanya samar-samar.

      Saat sampai tepat di depan meja barunya, dilihatnya seseorang yang sedang tertidur pulas. kok bisa-bisanya ya dia tertidur di kelas? Bu Venny kok nggak negur dia sih? Ferra bertanya-tanya dalam hati, dan mencoba membangunkan Colva Si Tukang Tidur ini. Saat mencolek Clova, ia mengerang dan menoleh ke arah Ferra. Ferra jadi salah tingkah saat melihat wajah Colva, jantungnya berdegup kencang, tidak seperti biasanya karena ini dua kali lebih cepat.

    "Kenapa?" Tanya Colva yang masih mengerjapkan matanya sesekali, sepertinya ia masih mengantuk.
  "Eh itu, kamu kok malah tidur sih? Kan pelajaran udah dimulai" Ferra mengalihkan pandangannya dari Si Tukang Tidur tersebut. Wajahnya bersemu merah.
    "Udah biasa kok" jawabnya kalem, lalu tiba-tiba ia melotot saat tahu kalau Ferra duduk disebelahnya, "Eh tunggu, kok lo duduk disitu?!" Sedangkan teman-teman yang lain memperhatikan Ferra, seperti menunggu jawaban apa yang akan ia berikan pada Colva.

     "Yah kan nggak ada tempat duduk lagi selain disini.Terus tadi Bu Venny juga bilang kalau aku boleh duduk disini" jelas Ferra yang membuat Colva mengernyitkan dahi. Lalu sudut bibir Colva terangkat, ia baru sadar kalau perempuan yang tengah duduk disebelahnya itu anak baru. Ia tidak mengetahui sifat Colva yang jail, suka mengatur-atur dan masih banyak lagi.

     "Oh gitu, yaudah. Lo boleh duduk disini, tapi ada 1 syarat"
 "Kok pakai syarat-syaratan sih?"
     "Kalau nggak mau juga nggak apa, tapi lo harus pindah tempat duduk dari sini!" Tegas Colva yang membuat Ferra terperanga. Udah mana Bu Venny tadi keluar sebentar, ia jadi tidak bisa meminta pertolongan.
 "A-apa syaratnya?" Tanya Ferra hati-hati, debaran jantungnya lagi-lagi semakin cepat.
     "Hmm, setiap gue nggak ngerjain tugas,lo harus ngerjain punya gue. Kalau lagi ulangan, lo isiin punya gue atau enggak gue boleh nyontek sama lo. Dan kalau gue lagi males ke kantin, lo harus beliin gue makanan yang gue pesen" jelas Colva dengan wajah kemenangan, ia bisa membuat anak baru menderita.
 "Bukannya tadi kamu bilang cuma 1 syarat ya? Kok banyak banget?" Tanya Ferra dengan meta membulat lucu, banyak yang bilang saat matanya membulat Ferra terlihat sangat imut. Membuat orang yang tengah menatapnya ingin mencubit pipinya dengan gemas dan tidak jadi menghukum atau membuatnya terluka.
     "Oh iya. Yaudah lo harus mau gue suruh-suruh. Terus juga muka lo jangan kayak kucing terlantar gitu napa" ucap Colva yang malah merasa geli dengan mata Ferra yang membulat itu.
  Ferra menganga lebar merasa dihina, karena dikira Colva akan bersikap sedikit lembut padanya,ternyata TIDAK.
     "Suruh-suruhnya apa dulu nih? Suruh nulisin kalau ada catatan di papan tulis, atau kalau ada tugas, atau kalau ada latihan dari guru, atau beliin pesenan kamu ke kantin?" Tanya Ferra dengan wajah sebal.
To be continued ...